Setiap tahun, umat-umat selalu antusias menyambut kedatangan Pandita Aiko Senosoenoto, Ketua Umum MNSBDI, dan rombongannya. Begitu juga dengan safari di Sumut awal bulan Januari lalu. Terlebih lagi, Medan tahun ini akan menjadi tuan rumah WNR. Bimbingan dari ketua umum sebagai penyemangat tentu sangat dinantikan.
Binjai
Dalam pertemuan tanya-jawab yang diadakan di vihara Binjai, seorang ibu menanyakan persoalan anak-anaknya yang selalu berbeda pendapat dengannya. Menurutnya, menipu dalam berdagang itu hal yang wajar. Tapi, anak-anaknya yang juga peserta PPM (Pendidikan Pandita Muda) selalu memarahinya agar tidak menipu lagi.
Mendengar ini, Mbak Aiko mengatakan bahwa seharusnya ibu tersebut berterima kasih karena anak-anaknya sayang pada mamanya dan mengingatkan agar tetap di jalan yang benar. Senada dengan itu, Pandita Rusdy Rukmarata mengatakan, “Gohonzon sudah kasih kebahagiaan buat Ibu lewat anak. Kalau berani lebih jujur, pasti jualannya akan lebih banyak terjual.”
Dalam pertemuan ini, bukan saja masalah umat yang terjawab. Bimbingan untuk Sentra Binjai yang dipimpin oleh Pandita Aisyah Harun agar lebih maju juga membuat suasana makin optimistis.
Medan
Hari kedua di Medan, rombongan safari mengunjungi Cetya Sayang. Pertemuan tanya-jawab ini sekaligus merayakan peresmian tempat baru Cetya Sayang. Pandita Budi, ketua Cetya Sayang, sangat berterima kasih kepada Mbak Aiko dan Mas Rusdy yang telah meresmikan tempat baru untuk Cetya Sayang. Mbak Aiko memberi pesan, “Semoga cetyanya nggak pindah-pindah lagi, ya..” Pesan Mbak Aiko ini disambut dengan tepuk tangan yang meriah.
Hari ketiga, rombongan safari mengunjungi Cetya Mandiri dan Cetya Persatuan. Hari keempat yang merupakan hari terakhir diadakan Pertemuan Fenomena. Umat-umat dari keempat sentra di Sumut (Medan, Binjai, Pematang Siantar dan Aslab) hadir dalam pertemuan ini. Tema pertemuannya, “Rundingan di Dalam Keluarga”. Pertemuan ini dipandu oleh Pandita Wenpin dan Young Hendra.
Salah satu pembicaranya adalah seorang bapak yang merasa susah berunding dengan istrinya soal uang. Ia ingin menanamkan uang ratusan juta di saham dan selalu berharap ‘menang’ saham. Sementara itu, istrinya merasa suaminya kurang mau tahu mengenai pembayaran pajak dan lain sebagainya.
“Kalau hilang, duit-nya akan hilang semua. Main saham itu kayak gitu. Kalau menurut sebab akibat, main saham berarti kita nggak kerja sungguh-sungguh. Jadi, nggak akan dapat hasilnya. Kalau kita kerja sungguh-sungguh, kita akan dapat hasilnya,” ujar Mbak Aiko. Ia juga membimbing bahwa bapak tersebut harus mendengarkan istrinya dan istrinya juga harus menghargai suaminya.
Mas Rusdy juga memberikan masukan bahwa orang Medan cenderung susah mendengar masukan orang karena ada perasaan menang kalah. “Cowok dan cewek itu jelas-jelas sangat berbeda. Cowok itu nggak mungkin ‘menang’ sama cewek. Cewek punya insting yang lebih kuat dari cowok. Kalau cewek terlalu dikuasai sama kesombongan dan keserakahan itu juga bahaya. Makanya, cowok harus bisa melihat mana cewek yang bisa didengerin atau yang bisa bikin kita bangkrut,” tambah Mas Rusdy.
Terakhir, pertemuan ditutup oleh ucapan terima kasih dari Pandita Suarni Sentoso selaku Ketua Sentra Medan dengan pantun. Tampak kegembiraan terpancar dari wajah umat-umat yang hadir pada pertemuan ini. Semoga semangat safari ini menjadi bekal yang cukup untuk Sumut, khususnya Medan, menjadi tuan rumah WNR 2018. (Sinta)