MAU MENDENGAR, MAU MENGERTI, BISA HAPPY
Selisih paham dan terjadinya keributan mungkin adalah hal biasa bagi banyak orang. Karena itu, tim kerja cetya Banjir Rezeki ingin belajar memahami hal ini berdasarkan Hukum Buddha Nichiren Daishonin. Alasan lainnya, keributan yang terjadi dalam tim maupun keluarga akan berimbas dan meluas ke lingkungan masyarakat, bahkan dunia.
Mereka pun menggelar kensyumini yang dikemas dua hari satu malam di New Panjang Jiwo Resort, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 182 pesertanya bertekad mendobrak riak keributan yang kerap terjadi di lingkungan mereka dengan belajar mendengar dan mengerti orang lain agar semua bisa happy.
Pembukaan kensyudimulai dengan sebuah teater yang dimainkan oleh bagian generasi muda dan Pandita Siah Liang Lie selaku ketua cetya. Acara dilanjutkan games dan acara kesenian. Acara kesenian ini sudah dipersiapkan oleh masing-masing dharmasala selama dua bulan. Kesungguhan hati dari pengisi acara benar-benar telah menghibur dan membuat para peserta sangat happy.
Hal yang sangat menggembirakan juga adalah kensyuini dihadiri oleh Yang Arya Hoseki Tsuchida. Yang Arya memimpin gongyodan mengisi pertemuan Buddhologi. Ia lalu membimbing bahwa kesatuan hati dimulai dari keluarga dengan selalu gongyo daimokubersama. Untuk bisa kerja sama yang baik, katanya, kita harus mengutamakan tujuan besar, yakni kosenrufu.Sementara itu, pertemuan Fenomena dihadiri oleh Pandita Ritha Helena dan Pandita Budi Santoso sebagai narasumber.
Selesai pertemuan Fenomena, kensyu ini ditutup dengan sebuah tarian gabungan dari umat dari ketiga dharmasala di cetya Banjir Rezeki. (Aryati)