Panas yang Membakar Semangat
Secara harafiah, Tozan dapat diartikan mendaki gunung. ,Namun dalam agama Buddha Nichiren Shoshu, Tozan merupakan perjalanan mengunjungi kuil untuk bertemu Dai Gohonzon di Kuil Pusat Taiseki-ji, yang terletak di kaki Gunung Fuji, Jepang.
Pada tanggal 24-27 Agustus lalu, lebih dari 2.800 umat Nichiren Shoshu dari seluruh dunia mengikuti Tozan Musim Panas, dan 67 di antaranya berasal dari Indonesia.
Sebelum tiba di Kuil Pusat, kami sempat mampir ke Kuil Myosho-ji. Di gedung dua lantai yang terletak di dalam sebuah gang yang asri tersebut, kami melaksanakan gongyo pendek yang dipimpin oleh Yang Arya Tsuchida. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Kuil Pusat. Sore, sekitar jam 18.00, rombongan dari Indonesia tiba di Kuil Pusat. Sambil mengeluarkan koper dan melayani peserta yang lanjut usia, kami disambut dengan hujan yang menyirami rintik, tidak deras. Kehadiran hujan terasa menyejukkan, mengingat turun di saat musim panas yang biasa menyengat.
Asrama yang ditempati adalah Kuil Hoonbo yang letaknya sekitar 200-an meter dari Hoando. Kami memulai hari pertama di Kuil Pusat dengan gongyo sore yang diakhiri dengan bimbingan dari kepala kuil. “Tozan di musim panas pasti relatif berat karena cuaca yang panas. Ini pertapaan, gunakan hari-hari dalam Tozan untuk belajar dan kelak menyebarluaskan semangat yang didapat di mana pun Anda berada,” katanya.
Keesokan harinya, usai gongyo pagi dan sarapan, rombongan menuju Kyakuden untuk Upacara Pembukaan yang dihadiri oleh Bhiku Tertinggi ke-68 Nichinyo Shonin. Salah satu bimbingan beliau kepada peserta adalah “Mengikuti Tozan ini akan memberikan banyak karunia. Bagai menjaring ikan dengan jala yang sangat rapat,” tutur Beliau.
Bimbingan ini sangat dirasakan oleh Irwan Prasidha, salah satu peserta asal Jakarta yang mengaku tetap berkesan walau sudah sering Tozan. “Saya merasakan betul mendapatkan perlindungan dari kekuatan Buddha. Saya selalu ingin Tozan, sebagai murid Buddha, saya bersyukur punya tugas untuk menyebarluaskan ajarannya,” paparnya.
Tozan Musim Panas ke-21 ini merupakan Tozan Musim Panas dengan jumlah peserta terbanyak sejak diselenggarakan pertama kali di tahun 1992.
Acara dilanjutkan dengan Upacara Gokaihi di Hoando. Gokaihi adalah upacara bertemu dengan Dai Gohonzon. Adrian, peserta kelahiran Padang yang kini tinggal di Ketapang, Kalimantan Barat, mengaku sangat terharu. “Saya sempat meneteskan air mata, masih tidak percaya saya bisa melihat langsung Dai Gohonzon,” ujarnya.
Pada Tozan kali ini juga ada pembabaran mengenai kisah hidup Nichiren Daishonin. Hanya sepenggal karena masih akan bersambung pada Tozan berikutnya. Mbah Waji, peserta asal Magetan, mengaku sangat tersentuh. “Belajar kisah hidup Nichiren di negara dan tempat beliau pernah hidup. Sungguh sulit digambarkan perasan ini,” katanya.
Hal istimewa yang kerap dinanti peserta Tozan adalah sembahyang Ushitora. Walau berlangsung jam 02.30 subuh, peserta tampak semangat, bahkan sudah siap setengah jam sebelumnya.
Tozan ditutup dengan pembacaan tekad oleh umat dari Hongkong dan kesenian berupa paduan suara asal Taiwan. Usai sembahyang Ushitora yang kedua, peserta Tozan paket pendek kembali ke Tanah Air. (Seti, Tetti)