Akhir dari Penantian Panjang, Awal Membuat Kemajuan
Penantian panjang umat Bangka untuk mendirikan vihara terpenuhi pada 22–23 September 2018. Sebanyak 110 umat dari Bangka, Belitung, Jambi, Baturaja, Palembang, Jakarta, Medan, dan yang paling jauh dari Aslab menjadi saksi sejarah disemayamkannya Tokubetsu Gohonzonoleh Y.A. Tozawa. Hadir juga Ketua Umum MNSBDI, Pandita Utama Aiko Senosoenoto, didampingi oleh Sekjen MNSBDI, Pandita Utama Alim Sudio. Sembilan orang di-gojukai pada sore hari yang sangat cerah, seakan alam ikut gembira menyaksikan peristiwa penting ini.
Pandita Tjong Siat Non (Anon) dalam sambutannya menceritakan bahwa tanah vihara ini disumbang oleh Ibu Milijana dan pembangunannya berasal dari dana paramitaumat seluruh Indonesia. Pembangunan vihara ini membutuhkan waktu 3 tahun lebih, terhitung dari pengajuan proposal sampai diresmikannya. “Saya juga tidak mengerti, pada saat dana dibutuhkan, ada saja sumbangan yang masuk,” ungkap Pandita Anon dengan penuh rasa syukur. Pada kesempatan itu, ia juga berterima kasih kepada panitia Palembang yang bekerja dengan sepenuh hati untuk menyukseskan acara bersejarah ini.
Pandita Djasman Kasiman, Ketua MNSBDI Sumbagsel, merasa gembira atas terwujudnya vihara di Pangkal Pinang ini. Ia juga menyampaikan keinginan besarnya, “Kota Pangkal Pinang sudah maju, bandara sudah baru, karena itu saya berharap, suatu saat Bangka bisa menjadi tuan rumah WNR.”
Keinginan Pak Djasman ditanggapi oleh Mbak Aiko dengan bercanda namun penuh makna, “Keinginan membangun vihara ini seingat saya sudah ada sejak Ibu Seno masih ada, mungkin sekitar 20 tahun yang lalu. WNR di Bangka mudah-mudahan bisa diadakan 20 tahun lagi.” Candaan ini disambut dengan gelak tawa dari peserta. Ketua umum mengingatkan bahwa setelah ini, umat harus mengisi vihara dengan penambahan umat, mengingat jumlah umat Bangka hanya sekitar 30 orang.
Sensei Tozawa membimbing bahwa adanya Tokubetsu Gohonzondi Bangka adalah untuk kebahagiaan seluruh masyarakat Bangka, bukan hanya umat Nichiren Shoshu saja. Karena itu, penting untuk menyebarluaskan hukum ini kepada orang lain agar semakin banyak orang yang bahagia. Acara peresmian diakhiri dengan pemotongan tumpeng dan penandatanganan prasasti oleh Y.A. Tozawa dan Mbak Aiko. Malam harinya diadakan pertemuan Tanya Jawab.
Keesokan harinya, Pembimas Buddha Provinsi Bangka Belitung Bapak Wisnu Widiyanto, S.H. meresmikan vihara dengan membuka papan nama Majelis yang terletak di muka vihara. Pada kesempatan tatap muka bersama umat, beliau mengungkapkan bahwa waktu SMP sempat berkunjung ke Megamendung dan mendengar ceramah Bapak Senosoenoto. Kunjungan itu masih berkesan sampai sekarang. Ia pun berpesan, hendaknya vihara ini benar-benar bermanfaat bagi membina umat untuk menghayati ajaran Buddha. (Dhyana)