Berani Cinta, Hidup Bahagia
Percaya tidak kalau berani cinta hidup pasti bahagia? Mungkin banyak yang akan ragu-ragu menjawab percaya, karena banyak juga yang ragu apakah dirinya sudah bisa mencintai atau menuntut untuk dicintai. Untuk menjawab keraguan itu, Binjai mengadakan Kensyu Mini yang mengusung tema “Berani Cinta, Hidup Bahagia.” Kensyu yang diadakan di Vihara Vimalakirti Binjai ini diikuti sekitar 185 peserta dari Binjai dan sekitarnya.
Kensyu ini dibuka dengan pemutaran film pendek tentang rumitnya mencintai dan begitu banyaknya kekecewaan karena cinta. Film yang dibuat dan diperani oleh GM Binjai ini kemudian dirangkai dengan tarian Yo Ayo (Theme Song Asian Games) oleh ibu-ibu, GM, dan Bintang. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pertemuan sesi satu yang menghadirkan pasangan suami-istri dan orang tua-anak yang secara blak-blakan menceritakan bahwa untuk bisa benar-benar tulus mencintai ternyata tidak mudah, selalu saja muncul sikap saling menuntut untuk dimengerti.
Hal ini ditanggapi oleh Pandita Utama Rusdy Rukmarata dengan mengatakan bahwa kita harus bisa mencintai seperti Buddha Nichiren Daishonin, yaitu bisa mencintai orang apa adanya. Namun, hal itu yang susah dilakukan, terutama kepada suami, istri, dan anak. Oleh karena itu, kita perlu daimoku, gongyo, ikut pertemuan. Meski aktif sekalipun, masih saja kita sering terjebak pada pemikiran bahwa orang bisa berubah sesuai keinginan kita. Padahal, orang itu manusia, bukan robot yang bisa diprogram sesuai apa yang kita inginkan.
Menurut Mas Rusdy, dalam hal hubungan orang tua dan anak, orang tua harus berani repot. Berani repot dalam arti berani membangun komunikasi yang kuat, komunikasi yang enak. Menanggapi fenomena suami istri, menurut Mas Rusdy, sebagai suami, meski istri dalam keadaan apa pun, harus tetap bahagiakan dia. “Makanya, kita nggak boleh ‘menggantungkan’ kebahagiaan pada istri. Harusnya ke Gohonzon. Jadinya, meski istri mood-nya jelek, kita tetap bisa kerja,” jelas Mas Rusdy. Untuk wanita, Mas Rusdy berpendapat bahwa wanita di Sumatera Utara itu terlalu kuat, sehingga sering merasa bisa mengerjakan apa pun tanpa merasa membutuhkan suami. Hal yang harus diketahui wanita adalah laki-laki justru akan lebih maju ketika laki-laki itu merasa dibutuhkan.
Keesokan harinya, kegiatan kensyu dilanjutkan dengan diskusi bagian. Kali ini, diskusi bagian wanita didampingi Dharmaduta Pandita Welly Sudali, sementara bagian pria didampingi Pandita Utama Melinda Tandajaja. Untuk generasi muda sendiri juga diadakan diskusi yang didampingi oleh Pandita Aldianto Boehendra. Selesai diskusi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab peserta kensyu dengan Pandita Utama Rusdy Rukmarata dan diakhiri oleh ucapan terima kasih dari ketua Sentra Binjai Pandita Aisyah Harun. Ia mengajak umat Binjai untuk berani menerapkan apa yang menjadi bimbingan Mas Rusdy pada kensyu kali ini dalam kehidupan sehari-hari, dan bisa semakin bersemangat membangun susunan Binjai. (Sio)