Di bawah kepemimpinan Senosoenoto, MABNSI berkembang sebagai wadah untuk umat Buddha Sekte Nichiren Syosyu yang sarat dengan berbagai aksi yang populer dikenal sebagai gerakan Cinta Tanah Air. Secara berkala, umat MABNSI melakukan berbagai aksi sosial seperti kebersihan pasar, saluran air serta donor darah hingga donor mata.
Sebagai bentuk peringatan Hari Raya Trisuci Waisak, MABNSI secara rutin melaksanakan kebersihan dan pengecatan ulang Taman Makan Pahlawan. Hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan ajaran Buddha, yakni, “Aku adalah Mata, Tiang dan Bahtera Bangsa ku “. Semasa hidupnya, bersama sekte agama Buddha lain, Senosoenoto ikut mendirikan wadah umat Buddha seluruh Indonesia yang kini dikenal dengan Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi).
Untuk kebutuhan perkembangan dan perubahan zaman, pada tahun 2012, MABNSI berubah menjadi Mejelis Nichiren Syosyu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI), dibawah kepemimpinan Aiko Senosoenoto .
Sambil menebalkan aksi cinta tanah air, Aiko juga sangat peduli pada perkembangsan seni budaya serta pembinaan generasi muda. Melalui sejumlah program pembinaan umat , seperti Wahana Negara Raharja, REACH, IDEFEST serta pendirian sejumlah sanggar pendidikan untuk anak dan ibu-ibu di desa-desa. BDI juga kerap menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga atau organisasi hingga pemerintah untuk mengembangkan kegiatan lingkungan hidup, seperti penanaman jutaaan pohon di seluruh Indonesia, sekolah gratis dan pemberian beasiswa pendidikan melalui sebuah kampanye Gerakan Peduli Sekitar Kita (GPSK).